KLAUSA
TRANSITIF BAHASA SABU
https://drive.google.com/file/d/1A89xVayKtfeaBG5WvQc0BhHbYkM8zgaE/view?ths=true
https://drive.google.com/file/d/1A89xVayKtfeaBG5WvQc0BhHbYkM8zgaE/view?ths=true
Gud Reacht Hayat
Padje
Universitas
PGRI NTT
(YPLP PT PGRI NTT)
I.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Bahasa Sabu (BS) adalah bahasa yang
dipergunakan sebagai bahasa ibu oleh sekitar 91.870
orang penutur yang bermukim di Kabupaten Sabu Raijua Provinsi Nusa Tenggara Timur. BS selain digunakan sebagai media
komunikasi sehari-hari, juga digunakan sebagai media pewarisan karya sastra
lisan. Melihat daya dukung BS sangat sedikit, disertai dengan mobilitas
masyarakat sabu ini terkenal tinggi, maka BS sangat penting untuk dipertahankan
untuk menghindari bahasa ini dari kepunahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan alasan di atas dapat dirumuskan
masalah, yaitu: Bagaimanakah struktur klausa transitif bahasa Sabu.
1.3 Landasan Teori
Klausa sebagai satuan gramatikal berupa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2008:124). Dalam hal ini,
konsep klausa disejajarkan dengan konsep kalimat karena klausa yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kalimat yang terdiri atas sebuah predikat, baik
predikat sederhana, yaitu predikat yang hanya terdiri atas sebuah kata dasar
inti verba atau katagori lain untuk mengisi fungsi predikat. Teori yang
dipergunakan dalam pendekatan tulisan ini adalah teori Dixon (2010) yaitu
transitivity (kemampuan verba untuk digunakan dengan dua argumen atau lebih).
Menurut Dixon setiap bahasa mempunyai dua klausa dasar yaitu klausa intransitif
dan transitif. Kedua klausa tersebut adalah sebagai berikut:
Tipe klausa Predikat Argumen
inti
Intransitif Intransitif S
(subjek intransitif)
Transitif Transitif A (subjek transitif) dan O (objek transitif)
Dalam
kajian ini, penulis hanya akan memfokuskan diri pada klausa transitif.
Disamping argumen inti, klausa tersebut
juga memiliki argumen non inti yang dapat ditambahkan pada tipe klausa
tersebut. Dalam hal itu argumen non inti (periperi) bersifat mana suka. Jenis –
jenis argumen yang dapat ditambahkan, yaitu argumen yang menyatakan alat (with a stick), beneficiary (for the child), waktu (in the afternoon), dan tempat (under the tree).
Metode yang dipergunakan dalam analisis
ini adalah metode agih (metode distributional), yaitu metode yang menggunakan
alat penentu unsure bahasa yang ada di dalam bahasa itu sendiri, (Sudaryanto, 1993:15).
II.
Pembahasan
Kajian sintaksis adalah sebuah kajian yang
membahas tentang proses sebuah kata yang bergabung bersama, sehingga membentuk
unit yang lebih besar yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Secara umum sintaksis
dipahami sebagai suatu kajian atas klausa dan atau kalimat. Klausa adalah
sekelompok kata yang mempunyai unsur subjek-predikat yang menempel pada kalimat
induk (Lyons, 1987),
Namun dalam pembahasan ini antara klausa dan kalimat sederhana adalah sama.
Bahasa Sabu, seperti bahasa bahasa pada umumnya, memiliki bahasa yang
berpredikat verba dan berpredikat nonverbal. Bahasa yang berpredikat nonverbal
dalam bahasa Sabu meliputi (1) klausa berpredikat adjektiva, (2) klausa
berpredikat nomina, (3) klausa berpredikat frasa preposisional, (4) klausa
berpredikat numeralia. Selanjutnya, klausa transitif juga dapat dibedakan berdasarkan
jumlah argumen yang hadir dalam kalimat tersebut menjadi (a) klausa
ekatransitif dan (b) dwitransitif. Dalam pembahasan ini akan diawali dengan
menyampaikan pronominal persona
bahasa Sabu, karena dengan asumsi mengenal pronominal ini akan lebih mudah
untuk memahami konstruksi klausa bahasa Sabu.
Pronomina Persona Bahasa Sabu,
Pronomina adalah kata-kata yang digunakan untuk
mengganti nomina atau frasa nomina. Pronomina persona adalah persona yang
mengacu kepada nomina insane (Tarno dkk., 1992, dalam Budiarta, 2009). Menurut
Kridalaksana (2008), pronominal persona adalah persona yang menunjuk pada
katagori persona. Dalam proses komunikasi, pronominal itu dibedakan atas pihak
pertama sebagai pembicara, pihak kedua sebagai orang yang diajak bicara, dan
pihak ketiga sebagai orang yang dibicarakan. Dengan demikian, pronominal
persona dibedakan atas persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga,
masing-masing dalam jumlah tunggal dan jamak. Pronomina jamak ada yang bersifat
inklusif dan ada yang eksklusif. Disebut inklusif karena pihak pertama sebagai
pembicara terlibat yang diajak bicara, sedangkan eksklusif pihak pertama tidak
termasuk yang diajak bicara. Pronomina bahasa Sabu tidak memiliki bentuk yang
berbeda sesuai dengan fungsi yang didudukinya. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Persona
|
Subjek
|
Objek
|
Pemilik
|
Contoh Pemilik
|
||
I
|
TG
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
ina ya = ibu saya
|
|
JM
|
Inkl
|
Di
|
Di
|
Di
|
ina di = ibu kita
|
|
Eksl
|
Dji
|
Dji
|
Dji
|
ina j’i = ibu kami
|
||
II
|
TG
|
Au
|
Au
|
Au
|
ina au = ibu kamu
|
|
JM
|
Mu
|
Mu
|
Mu
|
ina mu = ibu mu
|
||
III
|
TG
|
No
|
No
|
No
|
ina no = ibu dia
|
|
JM
|
Ro
|
Ro
|
Ro
|
Ina ro = ibu mereka
|
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang konstruksi klausa dasar bahasa Sabu, berikut ini disajikan
masing-masing sebuah contoh untuk setiap jenis klausa yang predikatnya nonverbal.
1.
Katu ya worena
Kepala
Poss besar
‘Kepala saya besar’
2.
Ama no pedhaga
Ayah Poss pedagang
‘Ayahnya pedagang’
3.
Dji la dhoka
1JM Prep kebun
‘Kami ke kebun’
4.
Ammu ro tellu
Rumah
Poss tiga
‘Rumah mereka tiga’
Contoh
(1) menunjukkan bahwa subjek klausa ketu
ya ‘kepala saya’ diikuti oleh predikat worena
‘besar dengan katagori kata adjektiva. Contoh (2) menunjukkan bahwa subjek
klausa ama no ‘ayahnya’ diikuti oleh
predikat pedhaga
‘pedagang’ dengan katagori kata nomina.
Contoh
(3) menunjukkan bahwa subjek dji ‘kami’ diikuti oleh
predikat la dhoka ‘ke
kebun’ dengan katagori frasa preposisional. Contoh (4) memperlihatkan bahwa
subjek amu ro ‘rumah mereka’ diikuti
oleh predikat telu ‘tiga’ dengan
katagori kata numeralia. Contoh-contoh yang ditampilkan tersebut (1-4) dengan
jelas menunjukkan bahwa klausa dalam bahasa Sabu tidak hanya diisi oleh verba,
tetapi juga dapat diisi oleh non-verba.
Pembahasan
selanjutnya adalah tentang klausa transitif. Pembahasan klausa transitif ini
dibagi atas pembahasan klausa ekatransitif dan klausa dwitransitif. Pembahasan
ini diawali dengan pembahasan klausa ekatransitif. Klausa ekatransitif bahasa
Sabu dibentuk oleh kehadiran verba transitif dengan menempati posisi sebagai
predikat. Seperti halnya pada klausa intransitif pada klausa ekatransitif verba
yang menempati posisi predikat ada yang muncul tanpa kehadiran afiks dan ada
juga yang muncul dengan menghadirkan afiks. Perhatikan contoh-contoh klausa
ekatransitif dengan verba transitif yang kehadirannya tanpa afiks berikut ini.
5.
Ro nginu ai (loko)
3JM minum air
‘Mereka minum air’
6.
Ya toi mumone
nani
1TG tahu laki-laki Dem
‘Saya tahu laki-laki itu’
7.
No
tada nelai nani
3TG paham masalah Dem
‘Ia paham masalah itu’.
8.
Au pedai li Jawa
2TG berbicara bahasa Indonesia
‘Kamu bicara bahasa Indonesia’.
9.
Mu nga’a laeludu
2JM makan nasi
‘Kamu makan nasi’
Contoh-contoh
tersebut di atas 5-9 menunjukkan bahwa subjek-subjek dari semua klausa itu
diikuti oleh predikat yang diisi oleh verba transitif nginu ‘minum’, toi
‘tahu’, tada ‘paham’, pedai ‘bicara’, nga’a ‘makan’. Contoh 5-9 menunjukkan bahwa verba transitif yang
menempati posisi predikat hadir tanpa adanya afiks pemarkah. Contoh berikut
menampilkan klausa ekatransitif bahasa Sabu yang predikatnya hadir dengan afiks
sebagai pemarkah aspek.
10. Ya tatabbho au
1TG menikam
kamu
‘Saya menikam kamu’
11. Au tawabbe no
2TG memukul dia
‘Kamu memukul dia’
12. Ro taadja buku
3JM membaca buku
‘Mereka membaca buku’
13. No. taheleo poto nani
3TG melihat foto Dem
‘Dia melihat foto itu’
14. Ya tapereke ina ya
1TG memikirkan ibu Poss
‘Saya memikirkan ibu saya’
Seperti
telah dikatakan sebelumnya bahwa verba transitif bahasa Sabu dalam kehadirannya
ada dengan afiks. Seperti contoh kalimat 10-14 verba transitif yang
menempati posisi predikat pada klausa ekatransitif hadir disertai dengan afiks.
Afiks yang yang hadir adalah [ta-] yang menunjukan pemarkah aspek dalam pengertian’mau’ (future).
Kedua
jenis verba transitif tersebut yang berafiks dan tanpa afiks) dapat digambarkan
dalam diagram berikut ini.
Diagram
1: Wujud Morfologis verba
transitif Bahasa Sabu (Klausa Ekatransitif)
Setelah
membahas klausa ekatransitif, pembahasan berikutnya adalah tentang klausa
dwitransitif. Klausa dwitransitif BS dibentuk oleh verba transitif yang
berkedudukan sebagai predikat. Sama seperti klausa ekatransitif, klausa
dwitransitif hadir disertai dengan afiks dan juga dapat hadir tanpa disertai
afiks. Perhatikanlah contoh klausa dwitransitif yang hadir tanpa disertai
afiks.
15. No ihi gela nani ai
3TG isi gelas itu air
‘Ia mengisi gelas itu air’
16. Ya tao ina ya koki
ITG buat ibu Poss kue
‘Saya membuatkan ibu saya kue’.
17. Ro wie ina ro paj’o
3JM kasi
ibu Poss baju
‘Mereka mengasi ibu mereka baju’.
Contoh-contoh
tersebut di atas 15-17 menunjukkan bahwa
subjek klausa itu diikuti oleh predikat yang diikuti oleh verba transitif moa
‘ngirim’, tao’membuat’, wie ‘mengasi’. Contoh 25-27 menunjukkan bahwa verba
transitif yang menempati posisi predikat hadir tanpa adanya afiks pemarkah
subjek ataupun pemarkah gramatikal. Berikut contoh-contoh yang menampilkan
klausa dwitransitif BS yang hadir dengan afiks sebagai pemarkah sintaksis.
18. Ya tamoa no huri
1TG kirim dia surat
‘Saya mengirimkan dia surat.’
19. No taweli ina no paj’o
2TG beli ibu 2Poss paying
‘Ia membelikan ibunya paying.’
20. J’I tabokke
inna no kelai
IJM buka ibu Poss
pintu
‘Kami membukakan ibunya pintu’
Contoh-contoh
tersebut di atas 18-20 menunjukkan bahwa
subjek klausa tersebut diikuti oleh predikat yang diisi oleh verba transitif tamoa ‘mengirimkan’, taweli ‘membelikan’, tabokke ‘membukakan’. Contoh 18-20 menunjukkan bahwa verba
transitif yang menempati posisi predikat hadir disertai dengan adanya afiks
yang bermakna sudah.
Kedua
jenis verba transitif pada klausa dwitransitif tersebut (yang berafiks dan
tanpa afiks) dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.
Diagram
2: Wujud morfologis Verba
Transitif Bahasa Sabu (Klausa Dwitransitif)
Berdasarkan
contoh klausa ekatransitif yang ditampilkan di atas dapat dilihat bahwa
struktur dasar klausa BS terdiri atas unsur inti subjek, predikat, dan objek. Seperti
namanya, klausa transitif menghendaki hadirnya objek. Dengan demikian, hanya
terdapat tiga argumen (frasa nomina) yang ditempatkan sebelum dan sesudah
predikat (frasa verba). Verba yang menempati posisi predikat dapat hadir dengan
afiks ataupun hadir tanpa afiks. Kehadiran atau ketidakhadiran afiks pada verba
transitif (klausa dwitransitif) pada masing-masing klausa yang telah diberikan
di atas tidak mempengaruhi struktur klausa dasar BS.
Berdasarkan
pemaparan di atas, klausa dasar BS mempunyai dua konstruksi berdasarkan jenis
predikatnya, yaitu klausa verba dan klausa non-verba. Klausa non-verba adalah
klausa yang predikatnya dapat diisi oleh adjektiva, nomina, numeralia, dan
proposisi. Klausa non-verba ini mempunyai satu argumen yang letaknya sebelum
predikat. Klausa verba BS terdiri atas klausa intransitif dan klausa transitif
(dan dwitransitif). Kehadiran verba yang menempati posisi predikat pada kedua
klausa verba tersebut ada yang disertai dengan afiks dan ada pula yang
kehadirannya tanpa afiks.
Pada
klausa transitif, argumennya terdiri atas dua (ekatransitif) atau tiga
(dwitransitif). Argumen 1 terletek sebelum predikat dan argument 2 dan 3
terletak setelah predikat. Penjelasan tentang konstruksi dasar BS dapat
digambarkan pada diagram berikut ini.
Diagram
tersebut di atas menunjukkan bahwa verba pada klausa intransitif dan klausa
transitif bahasa Sabu hadir dengan afiks dan tanpa afiks. Secara umum verba
pada klausa intransitif dan klausa transitif hadir dengan afiks. Namun
demikian, dapat pula dijumpai verba pada klausa intransitif dan klausa
transitif hadir dengan tanpa afiks.
III. Simpulan
Berdasarkan analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan:
1.
Ditemukan predikat
nonverbal dalam klausa bahasa Sabu yang meliputi ajektiva, nomina, frasa preposisi
dan numeralia.
2.
Klausa dengan predikat
verba transitif yang disertai afiks dan tanpa afiks.
3.
Afiks yang hadir dalam
verba klausa bahasa Sabu adalah pemarkah yang mengacu pada waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Artawa, I Ketut, 1998. Ergativity and Balinese Syntax.Dalam
Nusa Volume 44. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya.
Bryson, Bill.
1990. The Mother Tongue: English and How It
got that way. Printed in the U.S.A.
Budiarta, I Wayan, 2009. ‘Aliansi
Gramatikal Bahasa Dawan (Kajian Tipologi Bahasa)’ (tesis). Denpasar: Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Dixon, R. M. W.
2010. Basic Linguistic Theory. Oxford
University Press.
Hornby A S, 2005. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford
University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2008.
Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Margono, 2002. Diatesis Resiprokal dalam Bahasa Indonesia. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Sedeng, I Nyoman, 2010. Morfosintaksis Bahasa Bali Dialek Sembiran.
Udayana University Press.
How to Win at Slots from a Player's Perspective - DRMCD
BalasHapusSlot machine games have 경상남도 출장안마 the advantage of being the There are many ways to play slot machines 전라남도 출장마사지 with players 경산 출장마사지 from 포항 출장샵 all over 익산 출장마사지 the world and have many